Aku Masih Mencintaimu

Membaca Kenyataan!

Tidak bisa berbohong, kata "pergi" ku, hanya kesemuan belaka.

Kenyataannya, aku, tak ada keraguan mencintaimu. Bahwa keyakinanku begitu dalam ingin membagikan rasa kasih kepadamu, sudah terang. Bukan hanya rasa, tetapi jiwa dan ragaku ini, amat tulus. Bagai kisah romantikanya sang pimpinan Ali bersama Fatimah Al-Zahra yang romantik, suatu roman yang didongengkan Mamahku sebelum tidur, pada usia mungil dahulu.

Benar-benar aku ingin menulis sekali lagi, dan mengirimnya kepadamu. Sebuah gejolak jiwa yang indah, yang tidak datang dari langit. Sebagaimana yang pertama kali pada akhir desember tahun kemarin, catatan berlipat-lipat paragraf, panjang dan berderet kata-kata semacam koran untukmu. Masih ingat bukan.? Semoga.

Aku menulis ini juga tidak tau, kau membacanya atau tidak. Semoga saja turut membacanya. Dan, "tetapi untuk apa kalau sudah dibacanya?", kadang pertanyaan itu hadir. Ya jawabanku, aku tidak tahu. hahaha.

Begitu-lah kejujuranku. Ingin sekali kau tahu dan benar-benar mengerti, pengertian-pengertian cinta dan kasih sayang yang ku pungut di jalanan. Yang, sekali lagi ingin sekali ku tulis untukmu.

Demikian pula dengan tumpukan catatan-catatanku yang belum sempat dikabarkan. Yang menerangkan bahwa aku ingin menghentikan lamunan kesedihan orang-orang yang berlarut, dan melawan sebab akibatnya bersama-sama di dalam kenyataan, tingkah manusia-manusia jahat itu. Melawan dengan cara apapun, dengan tindakan yang visioner dan ilmiah, manusiawi dan berani, dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan.!
Seperti itu, kan, tindakan yang harus diambil seorang yang bernama terpelajar, bergelar apapun.! iya, kan? Jelas iya. Termaksud kamu. Termaksud kita.!

Namun, "bagaimana mengetuk pintu hatimu yang ke dua kali?", kalimat pendek tersebut selalu mengganggu aku saat mau tidur dan bermimpi. Hingga nggak bisa tertidur, berulang-ulang kali.

Karena itu, kali ini aku bingung, berhari-hari, sejak beberapa bulan belakangan. Serupa penyair muda yang hilang arah. Bukan tak tahu cara menulisnya, tetapi seperti kata kawanku yang mendorong agar diketahuinya bahwa betapa kuat arus asmara ini, duhai manis ku. Kepadaku ia berkata semacam orang membaca sajak, "kawan, kau harus ajak dia bicara dengan caramu.! Bicara untuk mengetuk pintu hatinya. Kan begitu. Kau, Sampaikan kabar asmara dari hatimu yang jujur itu, sekali lagi, ketuk-lah sekali lagi. Kali ini saja, kau ikut hatimu dan bukan logika, tolol.!". Dan untuk yang ke sekian kali ia membuat aku nyaring terbahak-bahak, tertawa keras, terledak-ledak karena keunikannya yang indah. Tetapi kata-katanya ternyata, kerap kali akrab dengan pikiranku. Hingga kini.

Kebingunan ini begitu menyebalkan di hati seorang lelaki muda yang terombang-ambing kepadamu, gadis impianku. Dan sekali lagi aku menulis seperti ini di sini juga nggak tahu untuk apa. Mungkin untuk kau mengetahuinya ya? Ya nggak kenapa-kenapa lah kalau kamu tahu, iya, kan.

Biar-lah aku mengakhiri catatan yang bingung arahnya ini, dengan sebuah nazar, bahwa atas nama kenyataan-kenyataan yang paling luas dan amat banyak, realita yang hidup di dalam lingkungan-lingkungan, dan atas nama cita-cita dan pengalaman yang ada, atas nama itulah; aku masih kukuh mencintaimu..!


Ternate, 30 Oktober, 2023.
Lentera Merah.

Komentar

Postingan Populer