BERISIK!

Berisik, Kutatap tajam!

Berisik. Di rumah terlalu berisik, tetapi di kota kecil ini pun begitu sunyi.

Lalu lalang kendaraan hanya membikin hati makin sepi. Hati seorang lelaki pengecut yang menunggu. Entah menunggu apa.? Dia juga tidak mengerti. Tidak memahami. Menunggu kabarmu, bisa jadi. Menunggu catatanmu, menunggu sesuatu yang indah. Barangkali.

Namun, tak ada satu pun yang datang menyapa. Tak ada berita terindah lagi tentangmu. Catatan atau cerita-cerita. Malam makin larut. Sudah memasuki pagi. Meski pun belum tiba terang. Aku susah tidur belakangan ini, enggan pulang.

Hati ini begitu kosong dengan keresahannya sendiri. Kacau. Keresahan seorang lelaki muda. Seperti amuk petir dan guntur beberapa menit lalu yang, mengguncangkan dadaku. Kini terombang-ambing dengan perasaannya. Ia kemudian berlari bersama emosinya. Mencari cahaya untuk menerangi gulita yang pekat. Dan untuk menghentikan sesuatu yang menderu berisik di dalam kepala dan dadanya.

Seorang lelaki muda, terlempar di persimpangan jalan raya kota, bersama impian dan harpannya yang tak henti, berkelahi amat keras dengan kenyataan. Ia pun melepaskan kemuakan, memaki dan meneriaki kenyataan. Di jalan raya kota kecil, yang sama saja dengan kota-kota besar lainnya, menyimpan banyak rentetan kemunafikan, pembodohan dan kebohongan.

Namun, "kau menutup diri", hatinya berbisik kesal. Aku semacam mengetahui itu. Mengetahui, hanya perasaanku saja. Tapi perasaan ini amat kuat. Lalu diam-diam menyadari, mengapa hatiku bicara begitu. Akh, hati seorang lelaki.

Kemudian, meledak, "kau tidak mau membuka hati dan jujur untuk mengatakan hal yang serupa, padahal kita sama-sama punya masa lalu. Kita bisa sama-sama berbagi cerita-cerita indah dan pengalaman kan. Agar hari depan cerah". Tentu pikiran dan hati ini mengerti amat dalam. Kau juga demikian kan. Hehehe

Aku tidak tahu sekarang bercakap-cakap mesra dengan siapa.? Bagaimana dan seperti apa wajah dan wujud orang ini, mesra dan puitis sekali. Aku pun tak memahami arah tulisan ini. Kadang ke kamu. Kadang ke jalanan. kadang ke hati kaum miskin papa. Sehingga tulisan menjadi lompat-lompat. Terserah apa kata gerangan. Tapi biar pun begitu, masih saja tulisan ini mengalir sekena dan seenaknya. Akh, hati begitu cepat berubah-ubah...

Tapi, tapi perasaan begitu kuat. Berisik, resah, semacam memangut sebuah rindu. Puitis sekali, amat dalam...

dan, dingin tak segan datang, menusuk tubuhku, di sepertiga malam yang sudah kosong pergolakan manusia...


Ternate, 21 Oktober, 2023.

Lentera Merah

Komentar

Postingan Populer