Yang Sibuk Membuang Kebosanan

Yang Sibuk Membuang Kebosanan

Pada kalah dan menang. Muncul dan tenggelam. Timbul dan terbenam, bukan dijadikan sebab akibatnya untuk berhenti dan segera membanting stir. TIDAK.! Karena masih ada jalan-jalan lain, jalan yang indah, yang memeluk fitrah manusia.

Ia sang pemulung cerita jalanan, kini sibuk memilah-milah bahasa pada kecemasan dan keresahannya, yang amat amuk dalam dadanya. Ia bermaksud, agar tak terjun ke lingkaran keculasan. Keculasan manusia-manusia iblis yang gampang membolak-balik makna dalam sebuah kata-kata.

Sudut kota kecil, kota bernama Ternate ini, menjadi tempatnya membuang kebosanan ke dalam lautan realita yang hidup, hiruk pekuk ragam kenyataan-kenyataan yang paling luas. Tak segan membiarkannya bercampur-aduk bersama kejujuran bahasannya sendiri. Sebuah bahasa kebosanannya, untuk tidak menjadi pecundang.

Ya, kebosanan atas kekalahan demi kekalahan berkali-kali yang diterima, ternyata hanya membuat diri makin kuat menjadi sosok individu di dalam kehidupan berKELAS, semakin tahan banting, dan atos seperti baja.

Ia memilih tetap dengan pendiriannya, berdiri dengan getar lutut melawan gemuruh arus kenyataan. Membikin jiwa dan keyakinannya bersikukuh; tak ada KEKALAHAN dalam kamus KEBERANIAN. Kekalahan hanya milik meraka yang curang, milik mereka yang penakut, yang tak mau melatih diri menjadi manusia berani, tahan uji menerima konsekuensi. Agar diri benar-benar punya iman dalam kenyataan, bermartabat, beradab dan lebih manusiawi.

Jika ditengok-tengok ke belakang, jiwa ini berbisik "telah jauh kaki melangkah", bahkan ufuk yang menjadi titik terjangnya impian pun, tak terlihat lagi, hanya beberapa kerlip cahayanya menyinari gulita. Tetapi akh, apa pentingnya menengok-nengok hari lalu yang tak sudi menolongku di hari ini.? Tentu kemarin tak akan menjadi apa-apa tanpa kita mau benar-benar dan bersungguh-sungguh belajar mengambil hikmah terdalamnya, tumpukan materi dan pengetahuannya yang indah. Yang manusiawi.

Dia yang sibuk membuang kebosanan, sang pemulung cerita jalanan, tak ingin menulis tentang kesedihan, ketakutan dan kekalahan. Ia hanya ingin mengabarkan kemenangan dalam kamus bahasa keberanian. Yang berpendirian, visioner dan rajin, berjiwa pemimpi dan pemberani.  Yang berhebat-hebat dalam tindakan nyata, bersuka rela bekerja untuk kemanusiaan dan pembebasan. Kita, kaum muda yang tak takut mati. Kita tak pernah kalah. Tetapi kita memperoleh kata-kata penghibur itu, bahwa kita hanya belum menang, kita hanya belum berhasil.


Ternate, Sudut kota. 24 Oktober, 2023.

Lentera Merah.

Komentar

Postingan Populer