Yang Tak Bisa Dilupakan

 

Foto ketika agenda Dikpol PB 2019

Satu hal yang tak bisa aku lupakan, adalah teguh melihat caramu tertawa di depanku, sayang, duhai kekasih dalam impian. Bukan hanya di mata dan lekuk senyum bibirmu riang melepaskan lamunan romantika hari lalu, tetapi juga mengilhami warna yang tidak bisa berbohong pada lantunan fantasi masa depan, betapa misteri dan kelabu. Sarat dengan tanda tanya. Namun ada kepastian di sana, tentu saja di matamu sendiri yang diam-diam dan malu-malu melirikku.

Itulah yang membuat aku mengerti, kepada diri kita masing-masih, bahwa nasib benar-benar telah membicarakan wujud dan wajahnya dalam bahasanya sendiri, tetapi tak satu setan pun bisa memahaminya.

Seperti itulah hebatnya pancawarna kehidupan yang dibincangkan bersama mimpi-mimpi pada kemarin sore, di pantai selatan. Ia tak hanya melatih diriku untuk punya pendirian yang kuat dan indah, tetapi telah membawaku terbang begini jauh. Terlepar diantara realita yang hidup. Hingga kadang menyikapinya dengan iringan-iringan langkahku yang timbul.., tenggelam.., muncul dan terbenam pada lingkungan-lingkungan yang paling luas materi dan pengetahuannya. Sebagaimana hadirnya hati kita di dalam kenyataan-kenyataan, yang cepat berubah-ubah dan berganti-ganti, seiring dengan dimensi waktu yang bisu sejuta bahasa.

Namun yang pasti adalah hari ini, kepalaku masih tetap segar, bertahan dan tegak di atas permukaan air bah peradaban orde. Dan tubuh masih tegar dan tegap berdiri dengan getar lutut atas todongan kekalahan berkali-kali.

Tetapi, mari maafkanlah sebutir pasir jejak perjalanan di hari senja kala yang hebat, sayang, agar pundak tak terlalu berat pada esok nanti, dan kaki menjadi sedikit ringan mendendang langkah.
Kau bisa mengerti, kan, aku pun seperti itu pula, mudah memahaminya.

Juga hidup, sesungguhnya tidak selalu saja tentang gelap. Karena ada kerlip yang masih setia melintang. Meski kecil dan jauh di langit-langit semesta.

Mari berjalan lagi, sayang. Lekaslah, tegaklah, kita memungut cerita-cerita jalanan. Kita mengatur langkah pelan-pelan, dan bercerita lagi tentang mimpi-mimpi yang visioner, yang tertunda hari tadi, untuk arah yang dituju pada esok.
Kelak, cerita hari ini, dapat kita kisahkan kepada generasi dengan nada militansi, dan menyuarakan pengertian-pengertiannya yang lebih manusiawi.

Atau di tempat yang sama, sesekali kita melepaskan tawa sehebat-hebatnya, sayang, tanpa malu-malu, sekeras-kerasnya pada langit malam yang pekat. Kali ini saja, biarkan orang-orang jahat, terganggu tidur dan mimpinya yang culas..!

Ternate, 27 Oktober, 2023
Lentera Merah.

Komentar

Postingan Populer