Senja Telah Berlalu, Masih Ada Hari Esok Bukan!
Senja Bersama Awan Hitam Yang Menari Di Laut Tafamutu, Kec Moti |
Sudahlah, hari senja itu telah berlalu. Jangan dibuat berlarut-larut. Kalau kau mau, dengarlah nasihat ini, nasihat kuno, nasihat klasik. Kenyataanya, jejak yang membuat kita tenggelam hanya akan melahirkan penyakit kanak-kanak yang membikin diri tak pernah berkemajuan, biarpun hanya selangkah.
Hei, hentikan kesedihan yang membusuk pada dirimu. Tidak ada guna. Usap air matamu, segera. Dan lekaslah, beranjak meninggalkan jejak masa lalu yang hanya menjadi beban dan nggak sudi menolong.
Ayo, bila kau mau, mari bantu aku memaki-nya keras-keras, bersama-sama; Persetan.! Persetan dengan kenangan yang hanya menyesakkan dada, Persetan.!
Ya, aku tahu, meskipun sulit melakukan hal tersebut. Aku pun mengerti dan mamahaminya, tidak mudah memang. Tetapi apa yang tak mungkin dalam hidup ini, nggak ada yang mustahil bila kita punya kekukuhan iman, iman disini yang ku maksud adalah keyakinan pada prinsip-prinsip di atas pendirian diri sendiri yang ditodong “takdir” kekalahan berkali-kali.
Akh, sekali-kali kita harus mau berani bersikap keras pada diri sendiri. Demikian pula sesekali kita pun mesti mau betul-betul memahami tanggung-jawab terhadap kensekuensi atas jalan yang dipilih kemarin, jalan yang telah dipertimbang-timbangkan dengan matang. Kau mengerti kan. Hmmmm
Kau dan aku justru tak berbeda, bagiku. Kita
punya masa lalu yang sama, kelam dan histeris, penuh sebab akibatnya yang sudah
lama kita mengetahuinya, keras gemuruhnya menghantam tubuh, malapukkan jiwa.
Sebenarnya kita belum membuat apa-apa, pada masa lalu yang
masih teramat pendek itu. Sadar kah
kau itu? Lalu apa yang disesali begitu mendalam.
Namun jelas, amat membosankan, tentu, bila menengok-nengoknya kembali. Tapi, benar juga kata kawanku; kita masih punya waktu kan. Umur kita masih muda.! Hentikanlah semua lolucon kanak-kanak tersebut.!
Kali ini, jika kau mau, mari, ayo. Aku rasa kita harus tegas sebagai anak muda, anak-anak jaman dan anak-anak bangsa. Harus maju lebih dari selangkah, hingga mengambil bagian-bagian dari pekerjaan kemanusiaan dan pembebasan di dalam kenyataan-kenyataan yang hidup. Kau mengerti itu kan.? Semoga. Karena, hei, kita tak hanya cukup belajar dari masa lalu yang kabut, tetapi hari depan yang fantasi dan misteri harus diwujudkan, sesuatu yang sengat visioner itu, dan realita yang sengat luas pada hari inilah yang menentukan arah langkah kaki hendak kemana kita melenggangkannya. Bahwa mimpi-mimpi culas yang dahulu pernah diimpikannya, lekaslah kita membuangnya ke tong sampah. Demikian pula impian dan harapan kenikmatan sesaat dan kehormatan sementara, puji-pujian dan tetek-bengek moral-moral haram jadah sejarah itu, mari kita kutuk dan buatkan kuburannya sendiri yang dalam. Menguburkannya dan biarkan dia mati di hari ini.!
Kita
ini terpelajar kan, akh, sombong sekali ya bunyi kalimat itu.
Tapi sadar kah kau itu.?
Terpelajar.?
Ikutlah
kata hati.!
Mau kah kau membawa aku berjalan bersama kata hatimu
yang bersih itu,
yang bening dan indah itu.
Tanyakan sendiri padahatimu,
tanyakanlah sekali lagi pada hatimu.!
Lentera Merah
Komentar
Posting Komentar