AKU PERGI

Aku pergi. kali ini benar-benar beranjak. Dan tentu saja tak akan mengusikmu lagi. Tidak menengok ke belakang, hari lalu yang tak sudi menolong. Tetapi hei, tahu kah kau, di dalam dendang langkahku yang menghendaki kemajuan ini, ada bisikan dalam hati, menderu amuk begitu hebat dan amat mengguncang, hingga tubuh dan jiwaku menjadi lapuk dan layu, begini lama.

Bisikan itu menyatakan, bahwa pasti aku menunjukan—siapa diriku yang sebenarnya. Siapa diriku,—kan kau mengerti bukan,— adalah suatu emosional, dendam sorang lelaki muda yang manusiawi. atau apalah pemaknaannya. Kesombongan, barangkali. Namun tidak, aku punya cara sendiri untuk mengartikan realita. Dan bahasa kita tidak miskin untuk menafsirkan romantika kehidupan di bangsa ini kan, suatu jarak antara titik tolak dan hingga sekarang, antara perasaanku dan kau, misalnya. Hehehe, jangan terlalu serius.!
Memang, tak dipungkirinya. Bahwa ada gerak sebab akibatnya, ada bunyi dan bahasanya yang telah dipahami, jauh sebelum aku sampai pada titik klimaksnya kini. Dan kau, hanya akan menjadi bagian dari sisi indah kehidupanku, yang pernah ada. Telah aku mencatatnya di dalam kertas yang kemudian tak akan berguna, kecuali hanya menjadi butir-butir cerita kesemuan hari lalu belaka. Atau hanya sesobek kertas yang tak ada arti.
Ehk, di ponselmu ada tertinggal pesanku. Yang sangat mungkin telah dibaca. Tetapi tanpa mau membalas. Tak mengapa. Lagian bukan hakku kok, memaksa orang membalas apa dengan cinta atau pun dendam. Iya kan. hmmm

Namun pesan itu, adalah kali terakhir segelintir kumpulan abjad-abjad ku kepadamu. Dan Aku tak tahu apa judul tulisan ini. Mungkin yang pas seperti yang tertulis di atas. Aku hanya mencatat saja terus, mengikuti bisik alam bawah sadar, juga cita-cita, impian dan harapan yang tak pernah henti berkelahi dengan realita.
Oh tentu, aku manusia yang berbeda dari yang lain. Dan memang aku akan muncul di permukaan sebagai diriku yang sebenarnya. Yang tidak lagi menyembunyikn wajah asli. Dan sekali lagi aku tak akan menengok lagi ke belakang, pada butiran cerita_cerita dan mimpi-mimpi itu...
Oh ya.., selamat tinggal ya. Selamat tinggal ini ternyata berdesak amuk di dalam hatiku, melahirkan tiga kata; tanpa sampai jumpa..!

03/04/24
Lentera Merah

Komentar

Postingan Populer